Teori-teori dalam pembangunan politik memiliki tipe: Pertama; berasosiasi
dengan gagasan demokrasi, Kedua; terfokus pada aspek-aspek pembangunan dan
perubahan politik, Ketiga; menguji krisis dan konsekuensi pembangunan politik.
Pembangunan politik bagaimanapun juga harus diimbangi dengan pemerintahan yang
kuat dan kewenangan yang teratur. Pertanyaan berkisar pada derajat kebebasan
pers, sistem partai, kebiasaan pemberian suara, standar hidup. Kondisi
demokrasi menyertakan suatu sistem kelas terbuka, kesejahteraan ekonomi,
ekonomi kapitalis, semakin tinggi tingkat industrialisasi, pendidikan,
kesejahteraan, semakin besar pula prospek demokrasi.
Ketika pemerintahan berkembang lewat peningkatan pembedaan, krisis kesetaraan
dan kapasitas maka dapat menimbulkan situasi krisis identitas, legitimasi,
partisipasi, penetrasi dan distribusi.
Krisis identitas berhubungan dengan budaya massa dan elite dalam pengertian
perasaan nasional mengenai wilayah, pembelahan mengenai wilayah yang mengrogoti
kesatuan nasional dan konflik antar loyalitas etnik dengan komitmen nasional.
Krisis legitimasi tumbuh karena perbedaan mengenai kewenangan. Krisis
partisipasi adalah sebuah konflik yang terjadi ketika elite yang memerintah
memandang pemerintah dan prilaku individu dan kelompok yang mencoba
berpartisipasi dalam sistem politik sebagai tidak berlegitimasi. Krisis
penetrasi dicirikan oleh tekanan pada elite yang memerintah untuk membuat
adaptasi atau inovasi institusional dengan keragaman tertentu. Krisis distribusi
dianalisis dalam pengertian masalah-masalah seperti ideologi, sumberdaya fisik
dan manusia serta lingkungan institusional.
MODERNISASI
A. Teori Tahap dan Modernisasi
Setelah perang dunia ke II, kepentingan negara kapitalis barat terhadap negara
baru tidak hanya berfokus pada keuntungan, ekstradisi bahan mentah dan pasar
baru, namun juga pada asumsi bahwa dampingan keuangan dan teknis yang massif
akan mentransformasi masyarakat pertanian subsistem ke masyarakat industri
modern.
Pendukung yang paling berpengaruh pada tori ini adalah sejarahwan ekonomi
Amerika Serikat, Walt W. Rostow, dimana ia memberikan garis besar lima tahap:
Pertama; masyarakat tradisional; Kedua, prakondisi untuk tinggal landas;
Ketiga, tinggal landas; bergerak menuju kematangan; Kelima, zaman konsumsi
massal tingkat tinggi. Dan Keenam; pencarian kualitas.
B. Modernisasi dan Perubahan Masyarakat
Samuel P. huntington menyiratkan industrialisasi, pertumbuhan ekonomi,
meningkatnya mobilitas sosial dan partisipasi politik. Huntington berfokus pada
isu peluruhan politik. Peluruhan politik adalah cerminan ketidakstabilan,
korupsi, tindakan otoriter, dan kekerasan serta sebagai hasil kegagalan
pembangunan yang didefinisikan sebagai peningkatan kapasitas untuk melestarikan
kelangsungan transformasi yang diperlukan akibat tantangan modernisasi dan
tuntutan perluasan partisipasi. Meskipun pendekatan pembangunannya diklaim
bersifat dialektikal, berfluktuasi antara tuntutan dan kapasitas, Huntington
akhirnya condong terhadap stabilitas institusional ketimbang tuntutan
partisipasi dan mobilisasi yang berpotensi merusak.
C. Politik Modernisasi
David apter menyajikan sebuah tipologi pemerintah dan beberapa teori perubahan.
Apter membedakan pembangunan dan modernisasi. Pembangunan merupakan hasil-hasil
pertumbuhan dan integrasi peran-peran fungsional dalam sebuah kemunitas.
Modernisasi adalah suatu kasus pembangunan.
Apter mengidentifikasi dua model sistem-sistem “Liberatarian-sekuler” atau
pluralistic system-sistem “kolektivitas-sakral” atau termobilisasi. Model-model
ini dirumuskan sebagai diktomi tipe-tipe ideal di sepanjang rangkaian
kewenangan model libertarian-sekuler diwakili oleh sistem rekonsiliasi modern,
dicirikan dengan beragamnya kekuasaan dan kepemimpinan, tawar-menawar dan
kompromi sebagaimana dicontohkan suatu demokrasi liberal. Model kolektifitas
sakral diwakili oleh sistem mobilisasi modern dicirikan oleh kepemimpinan
kharismatik dan pribadi, kealiman politik yang berlebihan dan organisasi sebuah
partai massa.
KETERBELAKANGAN
Teori-teori pembangunan pada umumnya berhubungan dengan pengalaman
negara-negara maju. Beberapa teori keterbelakangan telah memiliki pengaruh.
Tiga kecenderungan teoritis yang tumpang tindih sekarang akan diamati:
pembangunan kapitalis dipusat dan keterbelakangan dibatas luar, ketidakmerataan
pembangunan dan ketidakseimbangan pembangunan.
Frank berpendapat bahwa teori pembangunan yang memadai tidak dapat dirumuskan
tanpa perhatian terhadap sejarah ekonomi dan sosial masa lalu sebagaimanan
diderita mayoritas penduduk dunia. Frank mengajukan sejumlah dalil. Pertama,
keterbelakangan bukanlah bersifat asli atau tradisional. Negara-negara yang
sekarang ini maju mungkin pernah tak terbngaun namun tidak terbelakang.
Kedua, pandangan dualisme masyarakat yang satu modern, kapitalis dan maju
sedangkan yang lain terisolasi, feodal atau prakapitalis dan terbelakang adalah
keliru karena keterbelakang wilayah-wilayah miskin adalah produk-produk
historis perkembangan wilayah progresif. Ketiga, hubungan metropole satelit
dikemukakan pada tingkat internasional maupun dikehidupan ekonomi, politik dan
sosial dikoloni dan negara neo kolonial.
A. Ketidakmerataan Pembangunan
Teori ketidakmerataan pembangungan mengakui beragamnya pola transisi
kapitalisme batas luar dan kapitalisme pusat sebagai konsekuensi dari dampak
mode produksi kapitalis dan mekanisme perdagangan pada formasi-formasi
prakapitalis yang menghasilkan, misalnya penghancuran seni kerajinan tanpa
digantikan oleh produksi industri lokal.
Sistem kapitalisme dunia heterogen, terdiri dari formasi pusat yang dominan dan
formasi batas luar yang didominasi. Dalam kerangka kerja ini konflik kelas
tidak dapat dipandang dalam cakupan sempit berupa entitas nasional melainkan
dalam skala dunia
B. Ketidakseimbangan Pembangunan
Barry Bluestone menggambarkan dinaminka ekonomi Amerika Serikat dalam
pengertian hukum ketidakseimbangan pembangunan. Sederhananya, mereka yang
mengontrol sumberdaya modal berinvestasi dalam produk, permesinan, wilayah dan
pekerja dimana pendapatan tertinggi dapat diantisipasi. Hasilnya adalah
kesinambungan pertumbuhan dan kemakmuran disektor tertentu yang berkebalikan
dengan stagnasi dan pemiskinan disektor dimana investasi menurun atau tidak
terjadi sama sekali.
Ketidakseimbangan akan tetap ada selama keputusan investasi swasta mendominasi
perencanaan ekonomi dan upaya-upaya negara kapitalis untuk memperluas perannya
dalam ekonomi dapat membawa pada ketidakstabilan politik.
C. Ketergantungan
Perspektif ketergantungan kontemporer mengungkapkan bentuk dominasi dan
ketergantungan yang berlawanan diantara negara-negara dunia kapitalis. Negara
dependen mungkin berkembang sebagai cerminan sekspansi negara-negara dominan
atau terbelakang sebagai konsekuensi hubungan ketergantungan mereka. Ilmuwan
sosial Brazil Dos Santos membenarkan bahwa dengan ketergantungan kita
mengartikan sebuah situasi dimana ekonomi negara tertentu terkoondisikan oleh
perkembangan dan ekspansi ekonomi lain yang menjadi tempat bergantung
negara-negara tadi
• Klasifikasi-Klasifikasi Teori Ketergantungan
Cardoso menguji kecenderungan dalam literatur ketergantungan. Pembangunan
nasional otonom sebagai tanggapan terhadap luasnya keyakinan bahwa pembangunan
akan terjadi melalui ekspor komoditas atau investasi asing. Tiga alternatif
dihadapi oleh negara terbelakang adalah: ketergantungan, otonomi dan revolusi.
Becha mengajukan lima konsepsi ketergantungan. Pertama, untuk membedakan
pembangunan dari keterbelakangan lewat analisis pusat dan batas luar sebagai
bagian yang saling bergantung dari suatu sistem kapitalis mendunia. Kedua,
berasal dari dependensitas inilah mampu menemukan pijakan yang mampu memadukan
kekuatan internal dan eksternal dalam suatu interprestasi pengalaman sebuah
negara dependen. Ketiga, menganalisis struktur metropolis satelit dan kontradiksi
internal sistem kapitalis. Keempat, ketergantungan baru juga dikenal dengan
industri teknologi
• Pendekatan Terhadap Teori
Ketergantungan
Seluruh pendekatan teori ketergantungan mengasumsikan sebuah posisi anti
imperialis, namun mereka dapat dibedakan dalam kategori non marxis dan marxis.
1. Desarrolista, strukturalis, otonomi
pembangunan nasional
Berabad-abad lamanya negar-negara dominan telah mencampuri urusan internal
negara lain. Pembentukan institusi keuangan internasional membantu meyakinkan
hegemoni negara dominan atas negara dependen dan pembentukan program bantuan
seperti Allieance for Progress bertindak sebagai penyamar strategi lama dalam
melayani kapitalisme Amerika Serikat.
Sejak masa kolonial Amerika Latin bergantung pada eksport bahan mentah dan
komoditas pertanian dalam mengejar pembangunan, namun strategi desarrllo atau
pembangunan kearah luar ini digerogoti oleh menurunnya pendapatan ekspor selama
depresi tahun 1930-an. Dibawah Ecla strategi berubah menjadi desarrollo kearah dalam.
Strategi baru ini didalihkan pada pencapaian otonomi nasional melalui kontrol
negara dan perencanaan ekonomi politik dibawah kaum terpelajar borjuis kecil
dan borjuis industri.
2. Kolonialisme Internal
Sunkel menyinggung polarisasi didalam negara-negara mengingatkan pada teori
kolonialisme internal yang diajukan sosiolog Meksiko, Pablo Gonzales cassanova.
Kondisi kelonialisme tradisional yang sama menurutnya diketemukan secara
internal sekarang dimana kondisi ini termasuk monopoli dan ketergantungan komunitas
terisolasi, menciptakan deformasi ekonomi lokal dan dekapitalisasi, hubungan
produksi dan kontrol sosial serta standar hidup dan budaya .
3. Kutub-Kutub Pembangunan
Sebuah turunan dari kolonialisme internal adalah kutub-kutub pembangunan yang
pertama kalinya diajukan oleh Perancis Francois Perroux (1968). Teori ini
berasumsi bahwa ekonomi terbelakang dicirikan oleh kurangnya infrastruktur
transportasi dan komunikasi ganda dengan wilayah maju hadir diantara wilayah
subsistem dan oleh ketergantungan terhadap keputusan-keputusan eksternal yang
berhubungan dengan produksi barang-barang primer.
4. Pembangungan Kapitalis
Fernando Henrique Cardoso menyatakan gagasan bahwa kapitalisme mendorong
keterbelakangan. Sebaliknya, ia berpendapat bahwa pembangunan kapitalis dapat
terjadi dalam situasi dependen. Ia percaya bahwa pembangunan kapitalis dependen
telah menjadi bentuk baru dari ekspansi monopolistik di dunia ketiga. Oleh
sebab itu pembangunan berlangsung dalam ketergantungan baru.
5. Kapitalisme Monopoli
Baran dan sweezy beralih pada pembangkitan dan penyerapan surplus di bawah
kapitalisme monopoli. Surplus adalah perbedaan antara apa yang dihasilkan suatu
masyarakat dengan biaya memproduksinya. Perhatian terhadap surplus mereka
percayai memungkinkan sebuah analisis yang menghubungkan basis masyarakat
dengan suprastruktur ideologi.
6. Subimperialisme
Pendekatan ketergantungan ini hendaknya tidak melewatkan gagasan
subimperialisme Ray Mauro marini yang mempengaruhi pembangunan kapasitas
Brazil. Ia mencirikan kapitalisme Brazil sebagai siprekslitatif, dengan
pesatnya akumulasi modal yang menguntungkan para pemilik proses produksi dan
bertambahnya massa berkemiskinan absolut.
7. Pembangunan Keterbelakangan Kapitalis
Tulisan awal Andre Gader Frank (1966) memberikan suatu landasan lain bagi teori
ketergantungan. Frank menekankan monopoli komersial ketimbang feodalisme dan
bentuk prakapitalis sebagai cara ekonomi metropolis nasional dan regional
mengeksploitasi dan menarik surplus satelit-satelit ekonominya. Dengan demikian
kapitalisme skala dunia mendorong pembangunan metropole dengan tanggungan
satelit terbelakang dan dependen.
8. Ketergantungan Baru
Dos Santos memberikan garis besar tipe ketergantungan. Ketergantungan kolonial
mencirikan hubungan antara negara Eropa dengan koloninya dimana monopoli
perdaganngan dilengkapi oleh monopoli tanah, Pertambangan dan tenaga kerja
dinegara koloni. Ketergantungan industri keuangan mewujudkan dirinya
dipenghujung abad kesembilanbelas dengan disatu sisi didominsai oleh pusat
hegemoni dan disisi lain investasi modal koloni batas luar untuk memperoleh
bahan mentah dan produksi pertanian yang pada giirannya akan dikonsumsi oleh
pusat.
Teori ini memahami pembangunan industri bergantung pada ekspor yang
mendatangkan mata uang untuk membeli barang-barang modal impor. Ekspor biasanya
terikat dengan sektor ekonomi tradisional yang dikontrol kaum borjuis pemilik
tanah dan pada gilirannya terkait dengan modal asing.
Teori ketergantungan baru mencoba menunjukkan bahwa huungan negara dependen
dengan negara dominan tidak dapat diubah dengan adanya perubahan dalam sruktur
internal dan hubungan eksternalnya. Selanjutnya struktur ketergantungan
bertambah membawa negara dependen pada keterbelakangan dan memperburuk
permasalahan masyarakat ketika negara tersebut mengikuti suatu struktur dan
internasional yang dipengaruhi secara kuat oleh peran perusahaan multinasional
maupun pasar komoditas dan modal internasional.
IMPERIALISME
Beragam interprestasi membayangi teori imperialisme yang definitive. Jonah
Raskin (1971) memperbandingkan inti perspektif imperialisme liberal dan radikal
sebagaimana tercermin dalam tulisan kontemporer. Dunia imperialisme hadir
dengan mendobrak dinding tulisan abad kesembilan belas. Teori imperialisme
umumnya berhubungan dengan kegiatan negara dominan di dunia.
George Lichteim mengambarkan kekaisaran atau imperialisme sebagai hubungan
suatu kekuatan penguasa atau pengontrol dengan mereka yang dibawah dominasinya,
ia percaya bahwa dominasi dan penaklukkan merupakan elemen imperialisme.
Hilangnya kedaulatan atau otonomi menyiratkan bahwa negara berada dibawah
dominasi imperial yang dapat terjadi melalui intervensi langsung dan terbuka
dari suatu negara kedalam urusan negara lain melalui keuntungan diplomatik atau
perjanjian dengan melalui cara ekonomi. Lichtheim menekankan bahwa kebanyakan
teori imperialisme adalah rapuh.
Ada dua pendekatan yang mengasumsikan minculnya imperialisme. Pertam, yang
berkonsepsi Marxis yang berpendapat bahwa imperialisme merupakan cerminan meluasnya
kapitalisme yang diperlukan akibat kontradiksi dalam mode produksi kapitalis.
Yang kedua merupakan dorongan liberal berpendapat jika ketidakmerataan adalah
akibat dari sistem kapitalis dapat seketika diatur
Berikut ilmuwan-ilmuwan yang bersandar
pada dua pendekatan besar tersebut:
A. Hobson
Hobson percaya bahwa seandainya terjadi peningkatan konsumsi domestik maka
tidak akan terdapat akses menyangkut barang-barang ataupun modal. Konsumsi
domestik yang rendah sebagai penyebab imperialisme
B. Kautsky
Kautsky percaya kelas akan berkonflik dengan kapitalisme dan kapitalisme
sendiri akan sirna lewat proses damai. Kautsky membayangkan imperialisme dimana
mungkin terdapat eksploitasi kolektif dunia oleh keuangan internasional.
Kepentingan kelas kapitalis secara utuh berkonflik dengan kepentingan modal
suatu minoritas dalam kapitalisme yang mengandalkan cara-cara militer untuk
mendukung upaya-upaya ekspansionis mereka. Dengan demikian modal keuangan
bersatu secara internasional dapat membawa pada suatu resolusi damai atas
konflik nyata potensial yang ditimbulkan oleh persaingan modal keuangan
internasional. Dengan demikinan kapitalisme seharusnya dapat hadir tanpa
imperialisme.
B. Schumpeter
Shumpeter menguji tipe-tipe imperialisme merentang dari kekaisaran kuno
sehingga pengalaman modern yang diakarkan pada ekonomi prakapitalis. Secara
historis imperialisme adalah irasional, satu pencerminan kebutuhan orang-orang
yang ingin bertahan dan satu anggapan terhadap kepentingan sosial dan ekonomi
dari kelas-kelas penguasa dan individu-individu. Imperialisme tumbuh dari
kondisi masa lalu bukannya masa sekarang. Ia berasal dari zaman prakapitalis
sehingga akan menghilang dalam era kapitalisme rasional dan progresif.
C. Luxemburg dan Bukharin
Rosa Luxemburg memperluas sebuah teori imperialisme. Inti kepedulian adalah
pengujian penetrasi modal kedalam ekonomi primitif. Ia membedakan tiga fase
akumulasi modal. Pertama, melibatkan perjuangan modal dengan ekonomi alami di
wilayah dimana terdapat komunitas petani dan kepemilikan tanah secara bersama
atau sistem feodal, atau juga suatu organisasi ekonomi yang berorientasi pada
permintaan internal dimana hanya terdapat sedikit surplus atau permintaan
barang-barang luar negeri.
Luxemburg memandang imperialisme sebagai konversi surplus menjadi modal yang
diketemukan dimanapun dalam ekonomi dunia dan tidak membatasi akumulasinya pada
masyarakat kapitalis terisolasi.
Sementara itu Nikolai Bukhrain memandang bahwa dunia terdiri dari sebuah
hubungan sistem produksi dan hubungan sistem produksi dan hubungan pertukaran
dalam skala dunia.
D. Lenin
Teori Lenin tantang imperialisme sebagai tahap tertinggi kapitalisme didasarkan
pada sebuah analisis seksama atas beberapa ciri ekonomi utama yaitu konsentrasi
produksi yang pesat dalam monopoli industri besar. Modal monopoli industri dan
bank berpadu menjadi modal keuangan .
Dalam menjelaskan modal keuangan Lenin mendefinisikan kapitalisme sebagai
produksi komunitas pada tahap perkembangan tertingginya dimana kekuatan tenaga
kerja sendiri menjadi sebuah komoditas. Dibawah kapitalisme baru dicirikan oleh
monopoli. Monopoli merupakan salah satu sifat lain imperialisme.
Bagi Lenin imperialisme adalah kapitalisme monopoli. Ini menentukan letak
dirinya dalam sejarah karena monopoli tumbuh dari lahan persaingan bebas adalah
transisi dari sistem kapitalis menjadi tatanan sosio ekonomi yhang lebih
tinggi. Ia mengidentifikasikan empat perwujudan kapitalisme monopoli ini:
Pertama, formasi asosiasi, kartel, sindikasi dan badan perwalian kapitalis ketika
monopoli merebak dari konsentrasi produksi. Kedua, kebangkitan bank sebagai
pemegang monopoli keuangan menghasilkan suatu oligarki keuangan yang menebarkan
jarring hubungan ketergantungan tertutup keseluruh institusi ekonomi dan
politik masyarkat borjuis tanpa terkecuali. Keempat pembagian dunia kolonial
menjadi belahan pengaruh sebuah pencerminan perjuangan modal keuangan demi
bahan mentah dan ekspor modal.